Top Menu

Advertisement

AgamaAl-quranislamKabar islamNabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad, Teladan Kita Yang Sangat Pandai Menjaga Amanah

Media Sang Muslim
Friday, June 26, 2015, 5:44:00 AM WAT
Last Updated 2015-06-26T12:44:19Z
Revenuehits
IKLAN DI TENGAH


Sebagai seorang manusia, tentu kita tak pernah lepas dari berbagai amanah yang Allah berikan kepada kita. Amanah itu tak hanya pekerjaan atau mungkin sekolah yang saat ini sedang kita jalani, namun juga amanah sebagai siapa kita. Ketika kita lahir di dunia ini, Allah menitipkan amanah kepada kita sebagai seorang anak, yang wajib berbakti dan taat kepada kedua orangtua kita.

Kita wajib mematuhi segala perintah kedua orangtua kita selama perintah tersebut bertujuan untuk semakin mendekatkan kita pada Allah dan tidak menuju pada maksiat. Bahkan kalaupun orangtua kita memerintah maksiat, dalam menolaknya pun kita harus dengan cara yang baik dan halus, agar orangtua tak tersinggung dan kecewa kepada kita.
Begitupun ketika kelak kita telah berkeluarga. Allah menitipkan amanah kepada kita sebagai orang tua, juga sebagai seorang Suami atau Isteri. Amanah yang tak mudah namun bukan sebuah hal berat jika kita mampu terus mendekatkan diri kepada Allah, agar pertolonganNya selalu ada di setiap langkah kehidupan kita.
Nah, berbicara tentang amanah, tahukah kita bahwa sebenarnya amanah utama kita di dunia ini adalah sebagai seorang da’i atau pembawa kebaikan? Selain tentunya Allah menitipkan amanah sebagai seorang pemimpin, manusia diamanahkan untuk selalu berusaha mengajak orang lain menuju kebaikan dan memperjuangkan Agama Allah.
Sebagai seorang Rasul, Nabi Muhammad SAW jugalah seorang manusia. Allah menitipkan begitu banyak amanah untuk beliau emban. Namun tak sedikitpun beliau lelah dan mengeluh. Beda sekali dengan kita yang baru mendapatkan sedikit amanah saja mungkin sudah menyerah dan bahkan sampai marah kepada Allah. Nah, apa saja teladan yang bisa kita petik dari Rasulullaah Muhammad SAW yang begitu pandai menempatkan diri sesuai amanahnya itu? Ini dia:

1. Seorang Anak Yang Berbakti

Sudah tak asing lagi tentu bagi kita, kisah tentang Nabi Muhammad yang telah menjadi yatim sejak sebelum dilahirkan. Ya, Ayah beliau, Abdullah, telah meninggal bahkan sebelum sempat melihat anak lelakinya, Muhammad bin Abdullah, lahir. Begitupun kisah sedih Nabi saat harus menjadi seorang yatim piatu di kala masih berusia 6 tahun.
Ibu beliau, Siti Aminah, meninggal menyusul Abdullah. Saat Siti Aminah sakit, Nabi berpindah dari satu Ibu Susu ke Ibu Susu yang lain. Namun Nabi adalah anak yang baik dan tidak rewel, sehingga tak pernah menyusahkan Siti Aminah walaupun saat itu beliau masih kecil. Setelah dewasa, tak lupa Nabi selalu mendoakan dan memintakan ampun kedua orangtuanya kepada Allah. Bahkan Nabi selalu menasehati para sahabat dan ummatnya untuk selalu berbakti dan menghormati orangtua.

2. Seorang Suami Yang Penuh Cinta

Semua Istri Nabi Muhammad SAW tak pernah mengalami percekcokan atau perselisihan karena cemburu atau merasa diperlakukan tidak adil. Mereka semua hidup baik dan seperti sahabat karib karena keadilan Nabi dalam memberikan hak mereka sebagai seorang Istri.
Begitupun dengan Khadijah, satu-satunya wanita yang selama memperistrinya Rasulullah tak menikah dengan satu wanita pun. Khadijah begitu mencintai Rasulullah karena keshalihan dan kelembutan Rasul yang penuh cinta itu. Sehingga rumah tangga mereka bahagia, sakinah, mawaddah, dan rahmah.

3. Seorang Ayah Yang Penuh Kasih

Nabi Muhammad SAW tak pernah membedakan satu anaknya dengan satu anak yang lain. Semua beliau sayang dengan penuh cinta. Dengan begitu, semua anak beliau begitu patuh dan sangat menghormati dan berbakti pada beliau.
Seperti Fatimah yang kala masih kecil begitu sedih dan sambil menangis tersedu dia hapus darah yang berlumuran di kepala Rasulullah saat beliau pulang dari perang dalam keadaan luka. Dan setiap Nabi datang ke rumah untuk menjenguknya, Fatimah selalu sigap segera berdiri untuk menyambutnya dan Nabi akan dengan lembut mencium puterinya tersebut. Masya Allah, hubungan yang sangat romantis antara Ayah dan Anak yang penuh tauladan.

4. Seorang Kakek Yang Penyayang

Rasulullah memiliki dua cucu yang merupaka anak dari puterinya, Fatimah, dan Ali bin Thalib. Keduanya bernama Hasan dan Husein. Sejak kecil baik Hasan maupun Husein dangat dekat dengan Rasulullah. Bahkan Rasul sering memangku mereka dan tetap menggendong mereka yang tak mau lepas dari Rasul walaupun saat itu Rasul tengah menjalankan shalat.
Pernah suatu kali Nabi Muhammad shalat dan pada saat sujud, salah satu di antara Hasan dan Husein itu naik ke punggung Rasul dan bermain di sana. Dengan penuh sayang, bukannya marah karena shalatnya terganggu, Rasul langsung menggendong si cucu dan kembali meneruskan shalatnya.

5. Seorang Pemimpin Yang Adil dan Bijaksana

Sebagai seorang khalifah dan juga teladan kaum muslimin, semua yang dilakukan Rasulullah selalu menjadi contoh. Bahkan ketika pun sebagai seorang manusia yang tak luput dari khilaf, Rasulullah melakukan sedikit kesalahan, beliau langsung bertaubat dengan rasa sesal mendalam kepada Allah dan Allah langsung menegur beliau (kisah surat Abasa).
Dengan berbagai hal yang beliau lakukan, baik sebagai seorang Saudagar, seorang Suami, seorang Ayah, seorang Imam, seorang Kakek, seorang Guru, namun beliau tak pernah menjalankan amanah sebagi seorang Pemimpin dengan teledor dan asal-asalan. Islam di awal-awal kejayaannya di tangan Rasulullah, selalu hangat penuh dengan cinta, para sahabat berduyun-duyun penuh semangat menjalankan syiar Islam, para wanita hidup dengan aman, bahkan para musuh pun  segan pada beliau.
Nah, itu tadi sedikit kisah tentang sedikit dari begitu banyaknya amanah yang Rasulullah Muhammad SAW miliki selama beliau hidup di dunia. Sejatinya semua amanah itu Allah yang memberi, dan akan Allah ambil kembali dan minta pertanggungjawabannya kepada kita kelak di akhirat. Pantaslah Rasulullah menjadi kekasih Allah, karena beliau adalahs ebaik-baik teladan yang harus kita contoh.
Muḥammad (bahasa Arab: محمد), selengkapnya Muḥammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim (lahir di Mekkah, 20 April 570 – meninggal di Madinah, 8 Juni 632 pada umur 62 tahun) adalah seorang nabi dan rasul bagi umat Muslim. Ia memulai penyebaran ajaran Islam untuk seluruh umat manusia dan mewariskan pemerintahan tunggal Islam. Meski non-Muslim umumnya menganggap Muhammad sebagai pendiri Islam, dalam pandangan Muslim, Muhammad sama-sama menegakkan ajaran tauhid untuk mengesakan Allah sebagaimana yang dibawa nabi dan rasul sebelumnya sejak dari Nabi Nuh. Umat Muslim menyebut Muhammad dengan salam penghormatan "Shalallaahu 'Alayhi Wasallam" dan mengiringi dengan shalawat Nabi setiap nama Muhammad diperdengarkan.
Lahir pada tahun 570 di Mekkah, Muhammad melewati masa kecil sebagai yatim piatu; ia dibesarkan di bawah asuhan pamannya Abu Thalib. Beranjak remaja, Muhammad bekerja sebagai pedagang. Ia kadang-kadang mengasingkan diri ke gua sebuah bukit hingga bermalam-malam untuk merenung dan berdoa; diriwayatkan dalam usia ke-40, Muhammad didatangi Malaikat Jibril dan menerima wahyu pertama dari Allah. Ia menyatakan dirinya sebagai utusan Allah, sebagaimana nabi-nabi yang telah Allah utus sebelumnya. Tiga tahun setelah wahyu pertama, Muhammad mulai berdakwah secara terbuka, menyatakan keesaan Allah dalam bentuk penyerahan diri melalui Islam sebagai agama yang benar. Muhammad menerima wahyu berangsur-angsur hingga kematiannya. Praktik atau amalan Muhammad diriwayatkan dalam hadits, dirujuk oleh umat Islam sebagai sumber hukum Islam bersama Al-Quran.
Muhammad bersama pengikut awal mendapati berbagai bentuk perlawanan dan penyiksaan dari beberapa suku Mekkah. Seiring penganiayaan yang terus berlanjut, Muhammad membenarkan beberapa pengikutnya hijrah ke Habsyah, sebelum Muhammad memulai misi hijrah ke Madinah pada tahun 622. Peristiwa hijrah menandai awal penanggalan Kalender Hijriah dalam Islam. Di Madinah, Muhammad menyatukan suku-suku di bawah Piagam Madinah. Setelah delapan tahun bertahan atas serangan suku-suku Mekkah, Muhammad mengumpulkan 10.000 Muslim untuk mengepung Mekkah. Serangan tidak mendapat perlawanan berarti dan Muhammad mengambil alih kota dengan sedikit pertumpahan darah. Ia menghancurkan berhala-hala. Pada tahun 632, beberapa bulan setelah kembali ke Madinah usai menjalani Haji Wada, Muhammad jatuh sakit dan wafat. Muhammad meninggalkan Semenanjung Arab yang telah bersatu dalam pemerintahan tunggal Islam dan sebagian besar telah menerima Islam.

(ilham)